Kisah Ulama Besar yang Buta Yang Terus Menangis Karena Takut Belum Cukup Amal Untuk Menghadap Allah



Sebagaimana manusia biasa, tiada yang benar-benar mengetahui bagaimana nasib kelak di akhirat. Apakah sudah benar kesempatan hidup yang diberikan untuk menjalankan sesuai dengan yang ditentukan. Sudahkan menjadi hamba yang diinginkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Apakah bernilai setiap amal kebajikan yang kita tanam semasa hidup? Atau justeru masih sangat jauh dari kata layak untuk diperlihatkan dihadapan Dzat Maha Mulia.

Tiada yang pantas untuk benar-benar yakin pada apa-apa yang sudah dilakukannya di dunia. Munajat kita pada Allah hanya tertuju pada dua, ke-Maha MurahHatian Allah untuk bisa menerika ibadah kita yang teramat sedikit, atau mengampuni dosa-dosa kita yang tak terhitung banyaknya.

Begitu pulalah yang ditakutkan oleh ulama sekelas Imam At-Tirmidzi. Sesosok hamba yang teramat tawadhu’nya, yang kita kenal lewat hadist-hadist riwayatnya. Imam At-Tirmidzi yang telah mendedikasikan hidupnya untuk belajar hadist hingga ke beberapa negara – untuk bertemu langsung dengan guru-guru. Imam yang keshalehannya tentu jauh di atas kita, sumbangan bagi agama yang tentu jauh lebih banyak dari kita. Beliau yang punya karya-karya fenomenal, sebagai ikhtiar untuk mempermudah umat dalam memahami ajaran Islam. Jariyahnya sungguh betumpuk, dibandingkan kita yang shalat wajib pun masih seringkali ketinggalan.

Betapa Imam At-Tirmidzi unggul dan piawai dalam menghafalkan hadist-hadist. Ia merupakan salah satu ulama terbaik yang meski begitu tidak pernah sama sekali merasa paling mulia di dunia. Justeru selalu terpikirkan olehnya, kekhawatiran tentang bekal amalnya yang belum cukup. Di masa tuanya, Imam Tirmidi takut jika saat dipanggil pulang oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ia masih kurang dalam beramal shaleh, masih punya dosa-dosa yang belum terampunkan.

Abu Ahmad al-Hakim berkata bahwa beliau pernah mendengar ‘Umar bin ‘Allak berkata, “Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi Imam Bukhari sepeninggal beliau kecuali Abu ‘Isa (Imam Tirmidzi) dalam masalah ilmu, kuatnya hafalan, sifat zuhud dan wara’-nya. Beliau menangis hingga matanya mengalami kebutaan, dan hal tersebut terus berlangsung beberapa tahun hingga beliau wafat.” 

Terus menangis sang Imam, takut jika sewaktu-waktu datang Malaikat ,bekal yang telah diupayakannya selama ini masih kurang. Menangis tak henti-henti, mohon ampun pada Allah agar bermurah hati mengampuni semua dosa dan kesalahannya. Karena demikian takutnya, air mata yang tak berhenti keluar dari dua kelopak matanya, Imam Tirmidzi menghabiskan sisa usianya dengan kebutaan.

Dua matanya buta akibat terus menangis setiap waktu. Ulama sekelas beliau, amal kebaikan yang mungkin menggunung, dosa yang tidak seberapa, jariyah yang sudah terkumpul menumpuk. Masih takut jika bekal tidak cukup. Lalu bagaimana dengan kita yang teramat jauh selisihnya dengan beliau? Amal pas-pasan, mengerjakannya bercampur paksaan, dosa berjejer berserakan.

Sudah semestinya setiap manusia introspeksi dan mawas diri. Sifat santai akan kehidupan atau dosa-dosa yang masih belum dimohonkan ampunan bisa jadi hadir karena tipu daya syaitan. Sungguh masih sangat misterius hari esok. Sungguh masih sangat menyeramkan alam kubur. Jika Imam Tirmidzi saja takut apakah bekalnya sudah cukup, semestinya kita lebih khawatir dari beliau.

Jika Imam Tirmidzi sampai pada kebutaan tersebab tangisan ketakutan yang tiada henti, mengapa kita justeru seperti santai sekali menghabisi sisa usia dengan biasa-biasa. Di usia yang sudah banyak ini, tidak malukah kita jika untuk shalat saja masih sulit dikerjakan. Disaat Nabi yang sudah dijaminkan surganya saja sampai bengkak kakinya karena terlalu lama berdiri saat shalat sunnah. Disaat para ulama dan para Imam khawatir akan hari di mana Allah menanyakan pertanggungjawaban. Harus menunggu apalagi kita agar sadar akan pentingnya terus memaksimalkan waktu untuk tiada henti mengumpulkan bekal?


sumber : @IslamMedia2

0 Response to "Kisah Ulama Besar yang Buta Yang Terus Menangis Karena Takut Belum Cukup Amal Untuk Menghadap Allah"

Post a Comment