Kisah Perempuan Pengasuh Nabi, Halimah as-Sa’diyah
Apr 7, 2020
Add Comment
Pada saat itu sedang masa paceklik, Halimah dan keluarganya tidak memiliki apapun untuk dimakan. Akhirnya ia bersama suaminya yang bernama Harits bin Abdul ‘Uzza memutuskan untuk keluar dari tempat tinggalnya dan mencari bayi- bayi yang bisa disusui. pengasuh nabi
Perempuan bernama Halimah binti Abu Dzu’aib As-Sa’diyah ini berangkat bersama dengan para perempuan bani Sa’ad yang juga mencari bayi untuk disusui. Halimah pergi dengan suaminya dan membawa bayi kecil yang masih disusui, ia menunggangi keledai betina serta membawa unta yang sudah tua.
Dalam perjalanan, mereka tidak bisa tidur karena tangisan bayi mereka yang kelaparan. Sedangkan ASI Halimah tidak mencukupi dan unta tua pun sudah tidak lagi mengeluarkan susu. Namun Halimah tetap mengharapkan pertolongan dan jalan keluar. Halimah terus mengendarai keledainya yang sudah tidak kuat lagi. Ia dan suaminya menghabiskan perjalanan paling lama di antara yang lain, hal ini membuatnya semakin letih, hingga pada akhirnya ia sampai di Mekah.
Bangsa Arab pada masa itu memiliki tradisi mencari para perempuan untuk menyusui bayi- bayi mereka. Hal ini bertujuan untuk menghindari bayi dari serangan penyakit dan supaya bayi mereka kuat, serta dapat menguasai bahasa mereka yang masih orisinal.
Sesampainya di Mekah, semua perempuan sudah mendapatkan bayi untuk disusui, kecuali Halimah. Saat itu ada bayi yatim bernama Muhammad, para perempuan sudah ditawari untuk menyusui bayi tersebut, namun mereka semua menolaknya karena hawatir tidak mendapatkan bayaran.
“Apa yang bisa kami harapkan dari Ibu dan kakek dari bayi yatim ini?” ujar para perempuan tersebut.
Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke negerinya. Saat itu Halimah belum mendapatkan bayi, ia berkata pada suaminya, “Demi Allah, aku tidak rela pulang bersama teman-temanku tanpa membawa bayi, aku akan mengambil anak yatim itu.”
“Aku tidak melarangmu untuk itu, semoga bayi itu membawa keberkahan bagi kita,” jawab sang suami.
Halimah membawa bayi Muhammad bersamanya. Ketika Halimah menyusuinya, ASI Halimah melimpah sebanyak apapun bayi tersebut dapat meminumnya, sampai akhirnya kenyang dan tertidur. Lalu Halimah meletakkannya dan menyusui bayi kecilnya, bayi Halimah pun juga menyusu hingga kenyang. Akhirnya keduanya tertidur dengan pulas, padahal sebelumnya, bayi kecil Halimah tidak bisa tidur karena kelaparan. Suami Halimah pergi ke unta tua miliknya dan susu unta tersebut penuh hingga mereka dapat meminumnya.
Ketika dalam perjalanan, Halimah selalu berada pada posisi terdepan. Hingga perempuan bani Sa’ad lainnya berkata padanya, “Hey, berjalanlah dengan pelan, bukan ini keledai yang waktu itu kelelahan?”
“Ya,” jawab Halimah sang pengasuh nabi.
Demikianlah bayi Muhammad membawa keberkahan, hingga tidak satu pun dari teman- temannya dapat mengejar Halimah dan keluarganya.
Mereka pun akhirnya tiba di perkampungan Bani Sa’ad. Tempat tersebut merupakan tempat yang paling tandus. Namun saat Halimah baru saja tiba di rumahnya, kambing- kambingnya kembali dalam keadaan kenyang dan susunya penuh, hingga ia dapat memerah dan meminumnya.
Di tempat lain, perempuan- perempuan Bani Sa’ad juga memerah kambingnya, namun tidak keluar setetes pun. Hal ini membuat orang-orang yang menyaksikan berkata kepada para penggembalanya, “Ikutilah kemanapun kambing putri Abu Dzuaib digembala.”
Namun hal itu tetap saja tidak membawa perubahan, kambing- kambing para perempuan tersebut tetap kelaparan dan tidak mengeluarkan susu. Sedangkan kambing Halimah selalu kenyang dengan susu yang yang melimpah. Hal tersebut terus berjalan selama hampir dua tahun sampai Halimah menyapih Nabi Muhammad SAW.
Muhammad tumbuh tak seperti anak-anak pada biasanya. Belum genap usia dua tahun, tubuhnya besar dan beliau menjadi anak yang tegap. Halimah menemui keluarga nabi Muhammad untuk mengembalikannya pada ibunya, namun Halimah masih berharap bayi tersebut masih tinggal bersamanya.
Sesampainya di Mekah, Halimah memohon agar bayi Muhammad tetap tinggal bersamanya, dan pada akhirnya Ibu Rasulullah mengizinkannya. Rasulullah tinggal bersama Halimah sampai umurnya mencapai empat (lima) tahun. Setelah itu, Halimah tak lagi menjadi pengasuh nabi.
Halimah dan Harits memiliki satu putra dan dua putri, yaitu Abdullah bin Harits, Unaisah binti Harits, dan Judzamah binti Harits yang terkenal dengan Asy-Syima’. Selain itu sepupu nabi Muhammad yang bernama Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muttalib juga disusui Halimah, sehingga ia juga merupakan saudara sepersusuannya.
Dalam al-Sirah al-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, disebutkan bahwa sebelumnya Rasulullah SAW juga pernah disusui oleh Suwaibah, budak dari Abu Lahab. Suwaibah memiliki anak bernama Masruh. Selain itu Suwaibah juga menyusui paman nabi yang bernama Hamzah bin Abdul Muttalib dan menyusui Abu Salamah bin Abdul Asad al-Makhzumi.
Wallahu ‘alam.
penulis : Nurul Iffatiz Zahroh
sumber : islami.co
0 Response to "Kisah Perempuan Pengasuh Nabi, Halimah as-Sa’diyah"
Post a Comment