Menghafal Al-Qur'an Itu Perlu, Tetapi Berakhlak Al-Qur'an Lebih Penting

Tidak ada seorang manusiapun di muka bumi ini yang berakhlak Al-Qur'an, kecuali Nabi Muhammad ﷺ

Aisyah RA isteri Nabi mengatakan, bahwa, "Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an" .

Artinya, segala apapun yang berhubungan dengan perkataan, perbuatan dan kehidupan beliau adalah sesuai Al-Qur'an. Sedangkan yang dimaksudkan dengan lebih penting disini adalah pengamalannya yang sesuai Al-Qur'an bagi sesamanya, tidak hanya hafalan saja.

Dengan demikian setiap ummat muslim, mungkin bisa juga disebut sebagai berakhlak Al-Qur'an, meski hanya dengan cara mengamalkan sebagian dari ajaran-ajaran dalam al-Qur'an

Dipahami Lebih Dulu Sebelum Diamalkan

Dalam tulisan di atas sudah dijelaskan bahwa dalam hafalan Al-Qur'an, belumlah termasuk pengamalannya. Ternyata banyak ayat-ayat yang tidak dapat langsung kita pahami setelah membacanya, tetapi diperlukan suatu uraian dan penjelasannya untuk sampai bisa memahaminya.

Untuk inilah, sesuai anjuran ulama bahwa diperlukan seorang guru yang bisa membimbing kita dalam mempelajari Al-Qur'an secara efektif. Bagaimana kita bisa mengamalkan suatu ajaran, kalau kita belum bisa memahami arti dan makna ajaran itu. Setiap penghafal mesti yakin bahwa Allah telah menjamin kemudahan dalam proses menghafal kitab mulia ini. Jaminan tersebut bahkan ditegaskan sebanyak empat kali dalam surat Al-Qamar, yaitu pada ayat ke 17, 22, 32, dan 40.

Allah berfirman, “Sungguh Kami telah mudahkan Al-Qur’an untuk diingat (dihafalkan). Maka adakah orang yang mau mengingatnya?” .

Saking mudahnya, Al-Qur’an dapat dihafal oleh seluruh kalangan tanpa batas. Besar, kecil, tua, muda, pintar, standar, bahkan melihat ataupun tidak (buta), semua memiliki peluang yang sama. Sekaligus membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang menjadi mukjizat terbesar Nabi. Tidak akan didapati karya manusia yang mudah dihafal layaknya Al-Qur’an.

oleh : L R. Yohana

sumber : FP Motivasi Hijrah Indonesia