Beginilah Ulama Yang Sesungguhnya Penuh Kearifan Dan Saling Menjaga Keharmonisan


Ulama Yang Sesungguhnya Penuh Kearifan Dan Saling Menjaga Keharmonisan

Kisah berikut begitu menginspirasi kita semua tentang arti sebuah perbedaan, persaudaraan, dan penghormatan. Kisah yang dialami oleh tokoh dan ulama NU KH. Dr. Idham Chalid dengan tokoh dan ulama Muhammadiyah Prof. Dr. Buya Hamka.

Syahdan, dulu KH. Idham Chalid (tokoh PBNU) pernah satu kapal dengan Buya Hamka (tokoh Muhammadiyah) dengan tujuan yang sama menuju tanah suci Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Kedua tokoh kharismatis Indonesia ini sama-sama berangkat haji pada akhir 17 Februari 1968, dengan menaiki Kapal Mae Abeto. Tidak ada kisah istimewa dari kedua tokoh berbeda paham tersebut hingga waktu shalat Shubuh menjelang.

Di saat hendak melakukan shalat Shubuh berjamaah, KH. Idham Chalid dipersilakan maju untuk mengimami. Secara tiba-tiba, pada rakaat kedua, KH. Idham Chalid meninggalkan praktek Qunut Shubuh, padahal Qunut Shubuh bagi kalangan NU seperti suatu kewajiban. Semua makmun mengikutinya dengan patuh. Tak ada nada protes yang keluar walau ada yang mengganjal di hati.

Sehingga seusai salat Buya Hamka bertanya: “Mengapa Pak Kyai Idham Chalid tidak membaca Qunut.”

Jawab KH. Idham Chalid: “Saya tidak membaca doa Qunut karena yang menjadi makmum adalah Pak Hamka. Saya tak mau memaksa orang yang tak berqunut agar ikut berqunut.”

Keesokan harinya, pada hari kedua, Buya Hamka yang giliran mengimami shalat Shubuh berjamaah. Ketika rakaat kedua, mendadak Buya Hamka mengangkat kedua tangannya, beliau membaca doa Qunut Shubuh yang panjang dan fasih. Padahal bagi kalangan Muhammadiyah Qunut Shubuh hampir tidak pernah diamalkan.

Seusai shalat, KH. Idham Chalid pun bertanya: “Mengapa Pak Hamka tadi membaca doa Qunut Shubuh saat mengimami salat?”

“Karena saya mengimami Pak Kyai Idham Chalid, tokoh NU yang biasa berqunut saat shalat Shubuh. Saya tak mau memaksa orang yang berqunut untuk tidak berqunut,” jawab Buya Hamka merendah.

Itulah mereka para ulama yang mengharumkan sejarah. Mereka meninggalkan teladan, teladan tentang kerendahan hati dan kebersahajaan yang akan diikuti oleh ummat ini. 

Ibarat kata peribahasa, padi semakin berisi semakin tunduk. Itulah gambaran para ulama pendahulu kita yang mulia. Ketika bertambah ilmu dan pengetahuan, seorang ulama justru merasakan dirinya bukanlah apa-apa, ia semakin jauh dari rasa congkak, tinggi hati dan kesombongan.



sumber : www.facebook.com/Irwan.Roebama/posts/1701567399985943

0 Response to "Beginilah Ulama Yang Sesungguhnya Penuh Kearifan Dan Saling Menjaga Keharmonisan"

Post a Comment