Kisah George Washington, Seorang Tuan Tanah yang Jadi Presiden AS


Kisah inspirasi orang sukses, Kisah inspirasi

Dalam sejarah Amerika Serikat, George Washington tercatat sebagai salah satu tokoh penting di awal berdirinya negara itu. Namanya disebut dalam jajaran bapak bangsa Amerika Serikat sekaligus presiden pertama.

Sejarawan Richard Brandon Morris dalam Seven Who Shaped Our Destiny: The Founding Fathers As Revolutionaries (1973) menyebut George Washington sebagai salah satu dari tujuh tokoh pendiri Amerika Serikat bersama Alexander Hamilton, John Adams, Benjamin Franklin, John Jay, Thomas Jefferson, dan James Madison.

Saat 13 daerah di Amerika masih berstatus koloni Britania Raya, Washington pernah ditugaskan oleh Gubernur Virginia Robert Dinwiddie ke Lembah Ohio. Ia pergi ke sana untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang Perancis yang menduduki daerah tersebut agar segera angkat kaki. 

Beberapa bulan kemudian, Washington yang ketika itu sudah berpangkat mayor datang dengan 150 tentara ke Lembah Ohio. Mereka berusaha merebut Ohio dari pasukan Perancis. Namun pasukan Washington kalah.

Peristiwa itu memicu Perang Perancis dan Indian (1754 – 1763). Di tahun-tahun berikutnya, Washington menjadi sukarelawan perang di pihak Inggris yang bertempur melawan Perancis. Selama pertempuran di dekat Sungai Monongahela, Washington mulai mendapatkan kembali reputasinya di dunia militer karena keberanian dan kepemimpinannya yang dianggap luar biasa. Ia pun diberi mandat mengepalai seluruh kekuatan militer di Virginia.

Puncak karier kemiliteran Washington terjadi saat ia didapuk menjadi panglima tertinggi Tentara Kontinental (1775-1783). Satuan cikal bakal militer AS modern itu bertempur dalam perang Revolusi Amerika melawan Britania Raya untuk memperjuangkan kemerdekaan AS.

Setelah Revolusi Amerika berakhir dengan pengakuan kemerdekaan AS oleh Britania Raya, Washington terpilih sebagai Presiden AS pertama dengan suara bulat pada 1789. Ia terpilih kembali sebagai presiden kedua pada 1792.

Dalam pidato penutup masa baktinya sebagai presiden, Washington menyampaikan bahwa Amerika Serikat tidak perlu membentuk partai politik. Ia khawatir perselisihan antarpartai akan melemahkan persatuan sebagai bangsa yang baru merdeka. Tapi toh mustahil, partai politik tetap berdiri dan saling mengusung agendanya masing-masing.

Saat pilpres 1796, para bapak bangsa AS lainnya bertarung. John Adams dari Partai Federalis mengalahkan Thomas Jefferson dari Partai Demokrat-Republikan. Jefferson baru menang di edisi Pilpres 1800 diikuti kemenangan Partai Demokrat-Republikan berturut-turut sampai presiden ke delapan.



Keluarga Tuan Tanah

George Washington (selanjutnya dipanggil George untuk membedakan dengan anggota keluarga Washington lainnya) tumbuh besar dalam lingkungan pertanian. Ayahnya, Augustine Washington, adalah seorang pelaut sebelum akhirnya menjadi petani tembakau sukses di Virginia. 

Ron Chernow dalam bukunya yang memenangkan Hadiah Pulitzer, Washington: A Life (2010), mencatat, George lahir pada 22 Februari 1732 di Popes Creek, wilayah Westmoreland, Virginia. Tempat tersebut digambarkan sebagai daerah subur nan indah khas pedesaan, satu mil dari Sungai Potomac.

George adalah anak pertama dari hasil perkawinan Augustine Washington dengan istri keduanya, Mary Ball Washington. Selain punya kakak tiri, adik kandung George berjumlah empat. 

Garis keturunan George tidak asing dengan kepemimpinan dan kepemilikan lahan perkebunan.

Leluhur George berasal dari desa Sulgrave, Northamptonshire, Inggris. Di desa itu, buyutnya yang bernama Lawrence Washington pernah menjabat sebagai Walikota Northampton. Ia sempat membeli tanah seluas 100 hektar dari Raja Henry VIII. Sebelumnya, Lawrence dikenal sebagai pedagang wol. Baru pada 1659, kakek George, John Washington, bermigrasi ke koloni Amerika tepatnya di Virginia.

Ketika George berumur 11, ayahnya meninggal. George diasuh kakak tirinya, Lawrence Washington (nama yang sama dengan buyut George di Inggris). Lawrence juga diwarisi perkebunan nan indah di daerah Little Hunting Creek, Virginia.

Meski menduduki jabatan strategis di kemiliteran sampai terpilih menjadi presiden, George hampir tidak mengenyam pendidikan secara formal. Enyclopaedia Britanica mencatat, dari umur 7 sampai 15 George memang pernah mengenyam pendidikan sekolah, namun tidak dijalani secara teratur. Dari ayahnya yang bersekolah di Inggris serta dari kakak tirinyalah George mendapat pendidikan informal.

Beberapa pelajaran seperti matematika, geografi, dan bahasa Latin dikuasainya. Di usia remaja, ia lebih sering menekuni dunia perkebunan, seperti mengukur tanah untuk mempersiapkan ladang bercocok tanam.

Pada 1749, dibantu oleh keluarga istri Lawrence, George mendapat pekerjaan sebagai pengukur tanah untuk kota Culpeper, Frederick, dan Augusta di Virginia. 

Kematian Lawrence pada 1752 karena penyakit tuberkulosis membuat George kelimpahan tanah seluas 1.000 hektare yang dinamai Mount Vernon oleh kakak tirinya. George mengelola tanah tersebut sebagai basis perkebunan, sesuai dengan minat dan tradisi keluarganya. Secara bertahap, George memperluas wilayah perkebunan Mount Vernon hingga lebih dari 3.000 hektare.

Pada 1759, George menikahi janda kaya raya dari Tidewater bernama Martha Dandridge Custis yang memiliki 6.000 hektare tanah. Istri beserta anak-anaknya lalu diboyong ke Mount Vernon.

Gandum dan tembakau menjadi tanaman pokok di perkebunan George. Selain itu, ia juga punya pabrik penggilingan bertenaga air, pandai besi, batu bata dan lainnya. Tak heran bila ia dikenal sebagai pekebun terkaya sekaligus terluas di Virginia.

George mencintai perkebunannya di Mount Vernon. Sepanjang kariernya, George tercatat pernah pensiun sebanyak tiga kali. Menurut William Wright Abbot, sejarawan yang menulis masa pensiun George Washington untuk The Museum of Our National Heritage di Lexington, Massachusetts, ketiga masa pensiunnya itu dihabiskan dengan berkebun di Mount Vernon.

Pensiun pertamanya diambil pada 1759. Ia memutuskan meninggalkan karier militer setelah bertempur di Ohio dan pulang ke Mount Vernon untuk berkebun selama enam belas tahun. Pensiun kedua pada 1783 setelah George menjabat sebagai panglima tertinggi Tentara Kontinental.

Lima tahun berselang, George terpilih sebagai presiden AS. Jika ia mau, George bisa menjabat presiden AS untuk ketiga kalinya berturut-turut. Tapi ia tidak berminat dan lebih tertarik pulang ke Mount Vernon. George sebelumnya juga sempat berjanji bahwa ia tidak akan menjadi orang kuat di pemerintahan terus menerus. Bahkan ia sudah berencana pensiun sejak selesai periode pertamanya. 

Tantangan terbesar di era kepemimpinan George sebagai presiden perdana adalah mempertahankan kesatuan 13 wilayah yang merdeka dari Britania Raya di bawah negara Amerika Serikat. Ia dianggap sukses mempertahankan kenetralan negaranya saat Inggris bertikai dengan Perancis pada 1793.

Masa pensiun George setelah menjadi presiden tergolong singkat. Pensiun ketiga ini hanya bertahan dua tahun sembilan bulan sampai akhirnya ia sakit keras dan tutup usia.



Hari-hari Menjelang Kematian

Sejak tanggal 13 Desember 1799, George Washington merasa tidak enak badan . Ia mengeluhkan tenggorokannya yang sakit. Lambat laun, suaranya makin parau. Padahal sehari sebelumnya, Washington masih sehat bugar, berkuda mengelilingi perkebunan Mount Vernon miliknya.

Dokter kepercayaan keluarga Washington dihubungi untuk segera memeriksa keadaannya. Ia mulai kesulitan bernapas dan sulit menelan makanan yang disarankan dokter. Ada lepuhan di tenggorokannya.

Puncaknya terjadi ketika Washington berkali-kali bilang kepada orang di sekelilingnya bahwa ia akan tutup usia. Tubuhnya sempat ditempeli cataplasma untuk meredakan sakit. Namun nyawanya tetap tidak tertolong di tangan tiga dokter. Antara pukul sepuluh sampai sebelas malam pada 14 Desember 1799, tepat hari ini 219 tahun lalu, Washington mengembuskan napas terakhirnya.

Di detik-detik ajal menjemput, Washington dikelilingi orang-orang terdekatnya: Martha, istrinya; para dokter; sekretaris pribadi; dan beberapa pembantu. Upacara pemakaman digelar pada 18 Desember 1799.

Hari-hari menjelang kematian George Washington ini dinukil dari publikasi National Library for The Study of George Washington at Mount Vernon berjudul "The Death of George Washington".


Penulis: Tony Firman
Editor: Ivan Aulia Ahsan
sumber : tirto.id

0 Response to "Kisah George Washington, Seorang Tuan Tanah yang Jadi Presiden AS"

Post a Comment