Begitu Besarnya Pahala Bagi Yang Menahan Amarah Dan Memaafkan
Sep 1, 2018
Allah Subhanahu Wata'ala selalu membukakan pintu maaf-Nya sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada mahluk-Nya dan Allah juga selalu memberi peringatan kepada kita agar tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Karena allah itu Maha Pemaaf, maka kita juga seharusnya bisa memaafkan orang yang punya kesalahan kepada kita. Berikanlah maaf itu kepada siapa saja yang sudah mengaku melakukan kesalahan dan kekhilafan, karena sesungguhnya manusia memang tidak pernah luput dari salah.
DI dalam Alquran terdapat banyak ayat yang menyeru manusia agar memaafkan kesalahan orang-orang yang berbuat salah. Allah berfirman:
“Dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan, sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang. Maka, maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS AL Hijr:85)
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Ali Imran:134)
Selanjutnya, juga disebutkan dalam Firman Allah:
“Dan hamba-hamba tuhan yang maha penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” (QS Al Furqan: 63)
Ibnu An Najjar meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “sambunglah silaturahmi dengan orang yang memutusnya dan berbuat baiklah kepada orang yang telah berbuat buruk padamu. Katakan yang benar walaupun terhadap dirimu sendiri.”
Dalam hadis lain disebutkan, “Tak ada takaran yang lebih besar pahalanya di sisi Allah dari takaran amaran yang ditahan seseorang demi mengharap ridho Allah.” (HR Ibnu Majah)
Dalil naqli di atas jelas memaparkan tentang anjuran berbuat baik dan memaafkan. Mengucap maaf itu kadang memang berat, apalagi jika masih tersisa gengsi dan rasa marah.
Menahan amarah dan memaafkan dalam redaksi hadis di atas merujuk pada memberi maaf saat mampu. Para perawi meriwayatkan dari Nabi dengan isnad yang baik, bahwa Beliau bersabda, “Siapa yang menahan amarahnya padahal dia mampu mengeluarkannya. Maka Allah akan memanggilnya sebagai pemuka semua makhluk, memberinya pilihan bidadari-bidadari cantik. Ia boleh menikahi siapa saja diantara mereka yang diinginkannya.”
Memaafkan yang dimaksud di sana tentunya memafkan dengan tulus ikhlas, tanpa menyisakan dendam. Dengan demikian orang tersebut akan terbebas dari penderitaan batin dan bisa hidup lebih tenang.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk berbuat baik dan memaafkan. Sebab, sifat ini bisa menjauhkan manusia dari kegelisahan serta tekanan emosi yang akan sangat berpengaruh pada kesehatan diri. Memafkan bukan hanya membebaskan orang yang dimaafkan, melainkan juga membebaskan orang yang memberi maaf, dari tekanan batin dan amaran.
Sumber: Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an/Karya: Nadiah Thayyarah/Penerbit: Mizan/Tahun: 2013