Dalam Adab Berdoa Kalimat Ini Sebaiknya Dihindari
Mar 26, 2020
Add Comment
Kalimat yang harus dihindari saat berdoa perlu diketahui oleh umat Muslim. Karena, hal ini termasuk ke dalam adab doa yang patut umat Muslim lakukan. Ya, doa merupakan salah satu aktivitas spiritual yang diwajibkan bagi seorang hamba untuk meminta sesuatu kepada pencipta-Nya.
Berdoa bagi umat Muslim seringkali dilaksanakan usai melaksanakan shalat wajib maupun shalat sunah. Saat berdoa, umat Muslim dianjurkan untuk terlebih dahulu melafalkan pujian-pujian terhadap Allah melalui kalimat dzikir. Setelah berdzikir, barulah memanjatkan keinginannya agar dikabulkan oleh Allah.
Selain adab tersebut, ternyata ada adab dalam berdoa yang patut umat Muslim lakukan saat berdoa. Salah satunya adalah dengan berdoa sungguh-sungguh dan meyakini bahwa Allah akan mengabulkan permohonan doa tersebut. Namun, sayangnya, terkadang kita kerap melakukan kekeliruan yang sering dilakukan oleh umat Muslim dalam berdoa.
Kekeliruan tersebut tanpa disadari ternyata seringkali dilakukan. Ya, ternyata ada beberapa kalimat yang terlarang untuk diucapkan saat memanjatkan doa. Rasulullah bahkan menjelaskan bahwa kalimat tersebut sering diucapkan oleh umat Muslim saat berdoa, padahal kalimat tersebut sebenarnya tidak diperbolehkan.
Berikut ini, Liputan6.com, Selasa (11/6/2019) telah merangkum beberapa kalimat yang dihindari saat berdoa. Telah dirangkum dari berbagai sumber, ini kalimat yang dihindari saat berdoa.
Saat berdoa, ada kalimat yang sebaiknya dihindari saat berdoa seperti,
“Ya Allah, perkenankanlah kami memohon untuk diberikan rumah dan mobil baru.”
Selain itu, ada juga yang berdoa dengan kalimat, “Ya Allah, jika Engkau berkenan tolong kabulkanlah doa hamba tersebut.”
Kalimat yang dihindari saat berdoa ini terdengar biasa dan mungkin dianggap wajar. Padahal, sebenarnya kalimat doa seperti ini harus dihindari. Rasulullah SAW pun menyampaikan, bahwa kalimat itu ternyata tidak disukai oleh Allah SWT. Hal ini tertuang di dalam hadis riwayat Bukhari.
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian bedoa, hendaklah ia sungguh-sungguh dalam memohon dan janganlah ia mengucapkan, ‘Ya Allah jika Engkau berkenan maka berilah aku’. Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memaksa-Nya.”
Menurut seorang tafsir bernama Ibnu Abdil Barr, kalimat “Jika Engkau berkenan” memang sebaiknya tidak digunakan saat berdoa. Sebab tidak ada yang dapat memaksa Allah untuk melakukan sesuatu. Allah hanya melakukan apa yang dikehendaki-Nya dan Allah pun hanya mengabulkan apa yang dikehendaki oleh-Nya.
Selain itu, jangan juga kamu menyebutkan kalimat yang dihindari saat berdoa seperti, “Ya Allah ampunilah aku jika Engaku berkenan. Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau berkenan”. Tapi hendaknya ia sungguh-sungguh dalam memohon karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memaksa-Nya.” (HR Bukhari).
Dengan menggunakan kata-kata “Jika Engkau berkenan” maka seolah-olah seorang hamba menganggap Allah berkemungkinan tidak menyukai doanya. Padahal Allah sangat senang apabila hamba-Nya sering berdoa kepada-Nya, sebab seorang hamba akan tergolong sombong jika tidak berdoa kepada Allah.
Ibnu Abdil Barr juga bahkan mengatakan bahwa kata-kata “Jika Engkau berkenan”hukumnya haram jika diucapkan oleh seorang hamba ketika ia berdoa. Sedangkan menurut Imam Nawawi, kata-kata tersebut hukumnya adalah makruh.
Dengan demikian, kata-kata “Jika Engkau berkenan” dianggap tidak berdasar dan tidak sepatutnya diutarakan saat berdoa. Sebab Allah hanya melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Selain itu, saat berdoa hendaknya seorang hamba melakukannya dengan bersungguh-sungguh dan meyakini bahwa doanya tersebut akan dikabulkan oleh Allah.
Oleh karena itu, umat Islam hendaknya memperhatikan adab-adab yang harus dilakukan saat berdoa. Yaitu mengawalinya dengan puji-pujian melalui berbagai macam dzikir, memohon dengan bersungguh-sungguh dan meyakini bahwa Allah akan mengabulkan doa tersebut. Kemudian yang paling utama adalah dengan tidak mengucapkan kata-kata “Jika Engkau berkenan” kepada Allah.
Di dalam Islam, ada aturan dalam berdoa yang meliputi tata cara dan etika berdoa. Salah satunya adalah keterjagaan hati. Soalnya, doa merupakan komunikasi langsung hamba dan pencipta-Nya. Maka tak heran, kalau doa dijadikan sebagai bentuk ekspresi kefaqiran atau kebutuhan hamba-Nya kepada Allah SWT.
Mengutip dari kanal NU Online, mengutip Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali, Imam An-Nawawi dalam karyanya Al-Adzkarul Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar menyebutkan 10 adab berdoa. Hal ini menunjukkan betapa sakralitas ibadah doa.
Pertama, kamu menantikan waktu-waktu mulia seperti hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jumat, sepertiga terakhir dalam setiap malam, dan waktu sahur.
Kedua, kamu memanfaatkan kondisi-kondisi istimewa untuk berdoa seperti saat sujud, saat dua pasukan berhadap-hadapan siap tempur, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat dan sesudahnya.
Ketiga, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dan mengusap wajah sesudah berdoa.
Keempat, mengatur volume suara agar tidak terlalu keras tetapi juga tidak terlalu rendah.
Kelima, menghindari kalimat bersajak dalam doa karena dikhawatirkan justru melewati batas dalam berdoa. Prinsipnya tidak berlebihan dalam penggunaan kata-kata saat berdoa.
Keenam, berdoa dengan penuh ketundukkan, kekhusyukan, dan ketakutan kepada Allah SWT.
Ketujuh, mantap hati dalam berdoa, meyakini pengabulan doa, dan menaruh harapan besar dalam berdoa. Sufyan bin Uyaynah mengatakan, sadar akan kondisi dirimu jangan sampai menghalangimu untuk berdoa kepada-Nya. Allah, kata Sufyan, tetap menerima permohonan Iblis yang tidak lain adalah makhluk-Nya yang paling buruk.
Kedelapan, meminta terus menerus dalam berdoa.
Kesembilan, membuka doa dengan lafal zikir. Kamu dianjurkan untuk membuka doa dengan pujian dan shalawat. Demikian pula ketika mengakhiri doa.
Kesepuluh, tobat, mengembalikan benda-benda kepada mereka yang teraniaya, dan menghadap Allah SWT dengan cara mematuhi segala aturan agama. Pasal sepuluh ini yang sangat penting.
Artinya, “Pasal kesepuluh, ini pasal terpenting dan cukup mendasar dalam pengabulan doa, yaitu tobat, mengembalikan benda-benda kepada mereka yang teraniaya, dan “menghadap” Allah SWT,” (Lihat An-Nawawi, Al-Adzkar Al-Adzkarul Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar, Kairo, Darul Hadits, 2003 M/1424 H, halaman 372).
Wallahu'alam bishawab.
sumber : liputan6.com
0 Response to "Dalam Adab Berdoa Kalimat Ini Sebaiknya Dihindari"
Post a Comment