Akhlak Mengabur, Nilaipun Hablur


Inspirasi, Kisah Inspirasi, Amalan Do'a,

Suatu saat saya bertanya kepada teman mengapa dia bisa sabar menanti tiga tahun untuk mulai membangun projek. Padahal proyek itu sudah selesai tahap studi dan dari segi dana, pasar, tekhnologi sudah tersedia. Tapi mengapa harus tunggu tiga tahun, baru memulai ?

Ternyata baru saya tahu bahwa dia menunggu jawaban atas tawarannya kepada seseorang. Seseorang itu adalah executive dari salah satu perusahaan asing, lulusan universitas biasa saja di Indonesia. Dia ingin orang itu duduk sebagai Presiden Direktur Perusahaan yang akan mengelola proyeknya .

Apa kelebihan orang itu ?
Padahal banyak lulusan universitas terbaik di negeri ini dan juga diluar negeri.

Mengapa harus menunggu orang itu setuju atas tawarannya ?

Teman itu jatuh cinta kali pertama dengan orang itu dalam suatu pertemuan bisnis. Orang itu katanya, pendengar yang baik, wajahnya selalu memberikan pancaran magnit kepada kita bahwa kita berbicara dengan orang yang tepat. Dia murah senyum. Bijak menyikapi perbedaan pandangan dan kalau dia menyampaikan argumentasinya sangat efektif membuat kita mengerti. Dan yang lebih membuat dia jatuh cinta adalah orang itu bisa dengan segera keluar dari meeting busines hanya karena ingin melaksanakan ritual sholat. Sholatnya tidak lama, ya hanya 10 menit dia sudah ada diruangan rapat lagi .

Untunglah setelah menanti 3 tahun, orang itu bersedia menerima lamarannya. Proyekpun mulai dibangun dan sukses.

Lantas bagaimana cara termudah melatih akhlak itu dalam diri kita masing masing sehingga menjadi pribadi kita dalam keseharian ?

Teman saya berkata, cara yang tepat adalah lewat kebiasaan berdoa.

When you pray for anyone you tend to modify your personal attitude toward him.

Bahwa ketika kita berdoa kepada Allah sebetulnya bukanlah komunikasi satu arah tapi komunikasi dua arah antara kita dengan Allah. Allah hadir dalam diri kita. Ketika kita memohon kepada Allah pada waktu bersamaan Allahpun mengingatkan kita tentang kelemahan kita, kelalaian kita, kesombongan kita, ketidak jujuran kita, kemalasan kita, kerakusan kita, kebodohan kita, kekikiran kita.

Tanpa disadari proses doa itu adalah ajang intropeksi kita dihadapan Allah untuk mengingatkan kita agar berubah menjadi sempurna .

Hanya diri kita sendiri yang bisa menjadi pengadilan terefektif didunia ini, bukan orang lain. Ya bila doa dilakukan setiap hari, setiap hari kita sedang mengadili diri kita sendiri. Secara kejiwaan kita cenderung untuk berjuang, untuk berubah menjadi lebih baik maka tanpa disadari berdoa adalah membangun karakter pribadi yang kuat untuk berakhlak sesuai kata Allah. Tapi masalahnya adalah apakah kita bisa berkomunikasi dua arah dengan Allah ?

Maka perhatikan bila anda berdoa "Minta sesuatu" tapi anda tidak mendengar Allah berkata . . . ,

" Kamu-kan kerjanya malas, lebih banyak bermimpi daripada melihat realitas. Kamu bilang cinta kepada KU tapi mengapa kamu membenci makhluk ciptaanKU. Lebih sering menghujat orang, lebih sering menyalahkan orang lain. Kamu bilang hanya Aku satu satunya yang dicintai, tapi mengapa kamu lebih mencintai hartamu sehinggga lupa berbagi. Mengapa kamu lebih mencintai anak dan istrimu daripada Aku sehingga waktu sibukmu kadang mengabaikan suara azan. Kamu bilang sorga itu rahmatKU tapi mengapa kamu bilang kamu paling suci dan benar, sehingga paling berhak masuk sorga ."

Maka yakinlah anda tidak sedang berdialog dengan Allah tapi berdialog dengan Iblis .

Doa anda didengar oleh Iblis sambil membisikkan " Kamu berhak dengan semua pintamu karena kamu paling benar, paling soleh, paling benar mahzabnya. Kamu berhak dengan doa kamu, tunggulah Doa kamu pasti terkabulkan ".

Karena itulah semakin banyak ibadah semakin anda lupa sama tetanggga lapar dan teman yang tak bisa bayar sewa rumah. Berjalan semakin menaikkan dagu dan mensyiarkan Islam dengan kepalan tangan dan amarah . . . Akhlak mengabur, nilaipun hablur.

Anehnya anda tidak menyadari bahwa anda sudah menjadi Laskar Iblis yang terus mengecap orang lain Kafir.


sumber: https://www.facebook.com/cahayo.kumala/posts/1298649716954199

0 Response to "Akhlak Mengabur, Nilaipun Hablur"

Post a Comment