Puasa Adalah Miniatur Suluk


Amalan Do'a, ibadah puasa Ramadhan,

Suluk atau jalan/praktik/laku bertasawuf, biasa dipahami sebagai melakukan mujahadah (perjuangan keras menaklukkan hawa nafsu/keakuan yang bisa mendorong kepada maksiat) dan riyadhah (praktik spiritual melakukan pendekatan kepada Allah SWT lewat ibadah wajib dan sunnah, serta berbagai bacaan zikir, wirid, dan hizib). Tujuan puncaknya adalah mencapai Ihsan. Yakni, hubungan pemujaan/cinta kepada Allah SWT, yang begitu intens, dalam bentuk masuknya kita ke hadirat Ilahiyah, dalam pertemuan berhadap-hadapan/musyahadah dengan-Nya. 

Dalam ungkapan berbeda, segitiga mujahadah-riyadhah-ihsan ini biasa dirujuk sebagai proses takhalliy- tahalliy-tajalliy. Takhalliy - bermakna pengosongan - maknanya sejajar dengan mujahadah. Yakni pengosongan hati kita dari nafsu keakuan/egoisme yang cenderung mendorong kita untuk berbuat maksiat. Tahalliy - bermakna penghiasan - kiranya sejajar dengan riyadhah. Yakni mengisi hati kita dengan nilai-nilai ibadah yang sesungguhnya mencakup - bukan hanya gerakan-gerakan lahir - tetapi lebih penting lagi merupakan aktivitas batin. 

Jika selesai kita dengan takhalliy dan tahalliy, maka kita pun akan mencapai tahap bertajalliynya Allah SWT. di dalam hati kita. Inilah tingkatan Ihsan. Sabda Nabi: "Allah itu indah dan menyukai keindahan". Maka dia hanya akan bersemayam di tempat yang indah yang sudah terhiasi. Yakni hati yang sudah bebas dari nafsu ammarah dan telah dipenuhi dengan ibadah-ibadah yg memenuhi nilai-nilai kekhusyukan dan kekhudhu'an (kehadiran dan merendahkan hati). 

Ada 4 Rukun mujahadah:

1. Qillatut-tha'am, yang untuk masa sekarang kiranya lebih pas diterjemahkan sebagai "konsumsi seperlunya". Biasa juga disebut dengan zuhud.

2. Qillatul manam, yakni tidur seperlunya. Biasa juga disebut sebagai sahar.

3. Qillatul kalam (bicara seperlunya). Biasa juga disebut dg shamt.

4. Yang terakhir adalah i'tuzalul anam (menarik diri dari pergaulan yang berlebihan). Biasa juga disebut sebagai 'uzlah saja.

Ibn' Arabi menambah dengan unsur ke-5, yakni meniru Rasul SAW. Mujahadah melepaskan beban-beban (maksiat) kita, sedang riyadhah menjadi sayap-dayap kita untuk terbang ke hadirat-Nya.

Lihatlah betapa ibadah (di bulan) puasa - termasuk berbagai anjuran mengisi waktu dengan memperbanyak ibadah sunnah, mendaras Quran, melakukan zikir-zikir dan wirid-wirid, qiyamul-lail - sesungguhnya merupakan miniatur dari suluk. Termasuk meniru Nabi yang disebutkan dalam sunnah: "Nabi adalah orang yang banyak bersedekah. Tapi, dalam bulan puasa, sedekahnya seperti angin, mengalir ke sana dan ke mari tanpa henti". Lihat betapa semua unsur mujahadah dan riyadhah ada di dalamnya.

Maka, jika seseorang hendak memiliki modal awal yang besar untuk bertasawuf atau bersuluk (sepanjang tahun), maka memaksimumkan kualitas ibadah (di bulan) puasa adalah jalan yang terbaik. Itu pula sebabnya Allah begitu memuliakan ibadah (di bulan) puasa hingga ke tingkat ibadah termulia. Sedemikian hingga Dia berfirman: "Ash-shawmu lii wa anaa ajzii bih". Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan menyampaikan pahalanya."

Mudah-Mudah2an Allah SWT memberikan hidayah, 'inayah dan tawfiq-Nya agar kita bisa beribadah (di bulan) puasa yang telah menjelang, dengan sebaik-baiknya, sehingga hal ini bisa menjadi pembuka suluk kita menuju ihsan, menuju tajalli-Nya, terbang dari alam dunia rendah ini hingga sampai ke hadirat-Nya...

Wallahu'alam Bishawab..


Oleh: Haidar Bagir
sumber: https://web.facebook.com/ahmad.bagir.73/posts/2347278608662208

0 Response to "Puasa Adalah Miniatur Suluk"

Post a Comment