Apakah Di Telapak Kaki Setiap Ibu Masih Ada Surga?


Apakah Di Telapak Kaki Setiap Ibu Masih Ada Surga
Telapak kaki ibu yang mengambil bagian menjadi ibu rumah tangga, mengurus sendiri anak-anak, suami dan rumahnya, memang bukan seindah telapak kaki para artis. Telapak kaki ibu rumah tangga selalu berhubungan dengan dapur, kamar mandi, halaman rumah dan ruang-ruang lainnya untuk senantiasa dijaga kebersihan dan kerapihannya. Bahkan seringkali sulit untuk dirapikan karena pengasuhan terhadap anak lebih prioritas dan pendidikan terhadap anak harus senantiasa terlaksana. Maka wajar telapak kaki ibu rumah tangga nyaris tidak terawat, seringkali terlihat pecahan-pecahan kulit tanda kesibukannya membuat kakinya selalu bersentuhan dengan lantai dan sabun cuci. Ibu juga hampir tidak punya waktu untukmemberikan cream atau lation setiap hari agar telapak kakinya tetap lembut dan indah.


Namun telapak kaki ibu rumah tangga bukanlah sembarang telapak kaki, tidak dinilai karena kemulusannya atau tidak, tidak dinilai karena keindahan kakinya atau tidak tapi dinilai dari amal sholehnya mempertanggungjawabkan semua beban rumah tangga yang dipikulnya, itulah fungsi dan peran sebagai ummun wa robbatul bait.

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.” 
(H.R.An-Nasai)

Demikian untaian hadist yang mengungkap indah tentang hubungan surga dengan ibu. Ungkapan dimana bukan makna sesungguhnya tapi kiasan yang mendalam betapa ibu bisa meretas jalan, langkah demi langkah menuju surga bagi anak-anaknya.

Sisi lain betapa mulianya figur ibu di hati Rasulullah saw. Meski beliau tidak merasakan sepenuhnya diasuh oleh ibu kandungnya tapi ibu susu, Rasulullah saw., memberikan ruang yang amat agung bagi perempuan yang memerankan dirinya sebagai ibu yang tidak bisa dibandingkan dengan posisi lainnya yang diperankan perempuan, semisal ibu pekerja, ibu pejabat, ibu presiden sekalipun.

Ummun warobbatul bait adalah posisi agung bagi perempuan, dimana setiap injakan kakinya mengurusi urusan rumah tangga adalah pahala yang agung, setiap langkah dan larinya oleh telapak kakinya sendiri memberikan pengasuhan dan pendidikan terbaik adalah limpahan-limpahan kebaikan yang berbuah surga yang agung. Bahkan tak satu pun kebaikan yang dilakukan oleh ibu untuk rumah tangga dan anak-anaknya selain doa-doa yang agung dari penduduk bumi dan langit.

“Apakah kamu tidak rela salah seorang diantara kamu wahai wanita bahwasanya apabila: Dia hamil dari suaminya sedangkan suami ridla padanya, dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa yang aktif berjihad di jalan Allah. Apabila dia merasa sakit (akan melahirkan), maka penduduk langit dan bumi belum pernah melihat pahala yang disediakan kepadanya dari pandangan mata (sangat menyenangkan). Maka ketika dia melahirkan, tiadalah keluar seteguk susu dan anaknya menyusui seteguk melainkan setiap tegukan susu itu berpahala satu kebaikan. Dan jika dia tidak tidur semalam maka dia mendapatkan pahala seperti pahala memerdekakan tujuh puluh budak di jalan Allah dengan ikhlas.”
(HR. Al Hasan bin Sufyan, Thabrani dan Ibnu Asakir).

Inilah sejatinya makna “Surga di bawah telapak kaki Ibu.” Surga yang sudah ada dalam setiap langkah-langkah kaki ibu ini semestinya akan mengantarkan anak-anaknya menjadi generasi terbaik di era peradaban terbaik. Tanggung jawab menyiapkan anak-anaknya yang dirindukan surga selalu dia jaga, resah bila anak-anaknya tidak taat pada Allah, gelisah bila anak-anaknya terjerumus dalam dosa, khawatir anak-anaknya keluar dari koridor perjuangan dakwah. Ibu selalu siap kontrol dan penuh iringan doa untuk selalu menjaga anak-anaknya bersama-sama melangkah menuju surganya Allah yang luasnya seluas bumi dan langit yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.

Saat ibu bisa melaksanakan misinya sebagai ibu ahli surga, maka pantas sekali bila anak-anaknya adalah anak-anak yang berbakti kepadanya, menghormatinya, meminta restunya setiap langkah-langkah amal sholeh mereka hingga mereka pergi berjihad sekalipun. Kenapa harus ibu, karena ibu adalah puncak ketundukan yang tertinggi setelah Allah dan rasulNya. Karena perjuangan ibu mulai mengandung, melahirkan, mengasuh, mendidik anak-anaknya adalah perjuangan yang tanpa pamrih, penuh ketulusan dan keikhlasan yang pantas penghormatan diberikan anak-anaknya untuk ibu.

Apakah di telapak kaki setiap ibu ada surga ?

Ternyata tidak bunda.... Banyak para ibu saat ini telapak kakinya berlumuran dosa yang mengantarkannya masuk ke dalam api neraka. Mereka melangkah mencari sesuatu yang menjerumuskan, meninggalkan anak-anak dan rumah tangganya demi materi. Diantara mereka ada ibu yang dengan terpaksa keluar dari rumahnya karena menanggung beban nafkah keluarga. Terpaksa tidak lagi mengurus dan mendidik sendiri anak-anaknya, karena hidup ini harus berlanjut, kebutuhan perut harus terpenuhi.

Diantaranya juga ada yang keluar meninggalkan rumah dengan senang hati demi karir dan prestasi kerja, menikmati materi berlimpah, anak diserahkan diurus sama pembantu, baby sitter, Day car, TPA dll. Akan tetapi ketika sang ibu sudah tua dan anak-anak sudah dewasa, ibu pun tak rela dititipka di rumah jompo oleh anak-anaknya, ibu merindukan bakti yang tulus dari anak-anaknya. Bagaimana mungkin seorang ibu mendapatkan bakti dari anaknya bila ketika mereka masih kecil ibu abai dalam mengasuh dan mendidik mereka. Penyesalan tidak lagi berguna saat ibu tidak menjaga surga di telapak kakinya.

Inilah kehidupan negara koorporasi yang dijalankan kapitalisme global yang mencampakkan peran ummun wa robbatul bait, tidak menjaganya sehingga lahirlah generasi-generasi yang rusak. Anak-anak tidak lagi menghormati ibu, seringkali malah menyakiti mereka dengan prilaku sek bebas, narkoba, aborsi, tawuran, pembunuhan dll. Sengaja atau tidak, peran ibu yang tercampakkan ini telah menghilangkan harumnya surga di telapak kakinya.

Banyak ibu pada akhirnya tidak punya kesempatan lagi bersama anak-anaknya ketika sudah uzur, mendapatkan kesholehan mereka menjadi generasi cahaya mata, karena anak-anak pun sudah tidak peduli, tidak pernah merasakan kasih sayang sang ibu sewaktu kecil. Wajar saat mereka dewasa tidak pula mencurahkan kasih sayang karena batin ibu dan anak sudah hilang, tidak terpaut kuat. Maka jagalah surga itu di telapak kakimu ibu.

Wallahu a'lam bishshowab.


oleh : Ustazah Yanti Tanjung
sumber: FP Studi Islam

0 Response to "Apakah Di Telapak Kaki Setiap Ibu Masih Ada Surga?"

Post a Comment