Celakalah Bagi Orang Yang Menyembah Harta

Celakalah Bagi Orang Yang Menyembah Harta


Dari Abu Hurairah Radhiallahu'anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ

Yang artinya : “Celakalah hamba (orang yang diperbudak) dinar, dirham, beludru dan kain bergambar. Jika diberi dia ridha, jika tidak diberi dia tidak ridha.[HR. Tirmidzi, no. 2336; Ahmad 4/160; Ibnu Hibbân no. 3223]

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist di atas adalah:

1- Hendaknya seorang hamba tidak membiarkan dirinya diperbudak harta dalam kehidupannya, selalu berangan-angan dan bermimpi untuk mendapatkannya, mencintai dan membenci karenanya, membela dan memusuhi hanya demi harta. Karena hal itu hanya akan membawa kepada kehancurannya.

2- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sepantasnya seseorang itu mengambil harta dengan kemurahan jiwa, agar dia diberkahi di dalam hartanya. Jangan sampai dia mengambilnya dengan ambisi dan rakus. (al-Washiyatul Kubrâ, hlm. 55, tahqîq : Syaikh Salîm al-Hilâli).

3- Harta itu adalah ujian, padahal manusia sangat menyukainya. Oleh karena itu, banyak orang yang gagal dalam menghadapi ujian besar ini. Sedikit sekali orang yang bisa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan nikmatNya yang tidak terhitung banyak dan nilainya.

4- Banyak orang mengira, jika Allah memberikan harta yang banyak kepadanya, itu pertanda Allah mencintainya. Sebaliknya, jika Allah mengurangi rizqinya, itu pertanda Allah menghinakannya. Ini adalah anggapan keliru. Karena semua itu merupakan ujian dari Allah Azza wa Jalla.

5- Allah memberikan harta kepada siapa yang disukai atau yang dibenci.

6- Akhirnya seseorang harus menyadari, bahwa semua ini adalah ujian, supaya menghadapinya dengan keta'atan dan ketaqwaan.


Tema hadist yang berkaitan dengan harta yang disebutkan di dalam Al-Quran:

1- Kemuliaan dan kehinaan tidak bisa diukur dengan harta

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

Adapun manusia, jika dia diuji oleh Rabbnya, dimuliakan dan diberi kesenangan, maka dia akan berkata, “Rabbku telah memuliakanku”. Sedangkan bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata, “Rabbku telah menghinakanku”. [QS. al-Fajar/89:15-16]


2- Harta merupakan ujian.

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ ۚ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. [QS. al-Mukminûn/23:55-56].


3- Banyak orang gagal diuji dengan harta

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ

ٌDan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi.

[QS. Ash-Shura : 27].