Kisah Sahabat Rasulallah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A
Dec 10, 2017
Add Comment
Lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H
termasuk di antara sahabat yang paling awal memeluk Islam atau yang dikenal
dengan Ash-Shabiqun Al-Awwalun. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Bakar
menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir
dengan nama Abdul ka'bah bin Abi Quhafah, Beliau adalah satu di antara empat
khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi
petunjuk.
Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun, 2 bulan dan 14 hari setelah
meninggal terkena penyakit. Beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya,
dahinya muncul, dan ia sering memakai hinaa dan katm.
Abu Bakar lahir di kota Mekah sekitar tahun 573, dari keluarga kaya dalam Bani Taim. Ayah Beliau bernama Uthman Abu Quhafa (panggilan Abu Quhafa) dan
ibunya bernama Salma binti Sakhar (panggilan
Umm-ul-Khair). Abu Bakar R.A menghabiskan masa kecilnya seperti anak Arab pada
zaman itu di antara suku Badui yang menyebut diri mereka dengan nama
Ahl-i-Ba'eer atau rakyat unta. Pada masa kecilnya, Abu Bakar sering sekali
bermain dengan dengan unta dan kambing, dan kesukaannya terhadap unta inilah
yang memberinya nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya unta.
Pada usia 10 tahun, Abu Bakar pergi ke Suriah bersama ayahnya dengan kafilah
dagang. Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu berusia 12 tahun juga bersama
kafilah tersebut. Pada tahun 591, Abu Bakar yang pada saat itu berusia 18 tahun
pergi untuk berdagang, berprofesi sebagai pedagang kain yang memang sudah
menjadi bisnis keluarga. Dalam tahun-tahun berikutnya Abu Bakar sering
bepergian dengan kafilahnya. Perjalanan bisnis membawanya ke Yaman, Suriah dan
beberapa tempat lainnya. Perjalanan bisnis inilah yang membuatnya semakin kaya
dan semakin berpengalaman dalam berdangang.
Bisnisnya semakin
berkembang, mempengaruhi status sosial Abu Bakar. Meskipun ayahnya Uthman Abu
Quhafa masih hidup, Abu Bakar diakui sebagai kepala sukunya. Seperti anak-anak
lain dari keluarga pedagang Mekah yang kaya, Abu Bakar adalah orang terpelajar
(bisa menulis dan membaca) dan dia menyukai puisi. Abu Bakar biasanya
menghadiri pameran tahunan di Ukaz dan ikut berpatisipasi dalam simposium
puitis. Beliau memiliki ingatan yang bagus dan pemahaman yang baik mengenai
silsilah atau asal usul suku-suku Arab, sejarah dan juga politik mereka.
Sebuah kisah ketika Abu Bakar masih kecil, ayahnya membawanya ke Ka'bah, dan
meminta Abu Bakar berdoa kepada berhala. Setelah itu ayahnya pergi untuk
mengurus urusan bisnis lainnya, meninggalkan Abu Bakar sendirian dengan
berhala-berhala tersebut. Abu Bakar lalu berdoa kepada berhala, "Ya
Tuhanku, aku sedang membutuhkan pakaian, berikanlah kepadaku pakaian".
Berhala tersebut tetap acuh tak acuh tidak menanggapi permintaan Abu Bakar.
Kemudian Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya dan mengatakan "Ya Tuhanku,
berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat lapar". Berhala itu
masih tidak memberikan jawaban apapun dan acuh tak acuh.
Melihat permintaannya
tidak dikabulkan, kesabaran Abu Bakar habis lalu mengangkat sebuah batu dan
berkata kepada berhala tersebut. "Di sini saya sedang mengangkat batu dan
akan mengarahkannya kepadamu, kalau kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu
sendiri". Abu Bakar lalu melemparkan batu tersebut ke arah berhala dan
meninggalkan Ka'bah. Setelah itu, Abu Bakar tidak pernah lagi datang ke Ka'bah
untuk menyembah berhala-berhala di Ka'bah.
Memeluk
Islam
Setelah kembali dari perjalanan bisnis dari Yaman, Abu Bakar diberi tahu oleh
teman-temannya bahwa ketika beliau tidak berada di Mekah, Muhammad menyatakan
dirinya bahwa beliau adalah seorang utusan Allah. Tabari, ahli sejarawan muslim
yang paling terkenal, dalam Ta'rikhnya mengutip perkataan dari Muhammad Bin
Sa'ad Bin Abi Waqqas, yang mengatakan:
"Aku bertanya kepada ayahku apakah Abu Bakar orang pertama yang masuk Islam.
Beliau menjawab, "Tidak, lebih dari 50 orang masuk Islam sebelum Abu
Bakar, tetapi beliau lebih unggul sebagai seorang Muslim. Umar bin Khattab
masuk Islam setelah 55 laki-laki dan 21 perempuan. Adapun salah satu yang
terkemuka dalam Islam dan iman, itu adalah Ali bin Abi Thalib".
Sunni dan semua muslim Shi'a mempertahankan pendapat mereka bahwa orang kedua
yang secara terang-terangan menerima Muhammad sebagai utusan Allah adalah Ali
bin Abi Thalib, dan orang yang pertama adalah Khadijah.
Ibnu Katsir dalam bukunya Al-Bidayah wan Nihayah memiliki pendapat yang berbeda
dengan pendapat di atas. Dia berpendapat bahwa wanita yang pertama kali memeluk
Islam adalah Khadijah. Zaid bin Haritsah adalah budak
pertama yang masuk Islam. Ali bin Abi Thalib adalah anak kecil pertama yang
masuk islam karena pada waktu ia masuk Islam, Ali belum dewasa pada masa itu.
Adapun laki-laki dewasa yang bukan budak yang pertama kali masuk islam yaitu
Abu Bakar.
Dalam kitab Hayatussahabah, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam
setelah diajak oleh Muhammad SAW. Diriwayatkan oleh Abu Hasan
Al-Athrabulusi dari Aisyah, ia berkata:
"Sejak zaman jahiliyah, Abu Bakar adalah kawan Rasulullah. Pada suatu
hari, Beliau hendak menemui Rasulullah, ketika bertemu dengan Rasulullah, dia
berkata, "Wahai Abul Qosim (panggilan Nabi), ada apa denganmu sehingga
engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau
telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi?" Rasulullah
bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku mengajak kamu
kepada Allah."
Setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung
masuk Islam. Melihat keIslamannya itu, Beliau gembira sekali, tidak ada seorang
pun yang ada di antara kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi
kegembiraan dia. Kemudian Abu Bakar menemui Utsman
bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,
dan Sa'ad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk
memeluk agama Islam. Lalu, mereka pun masuk Islam.
Abu Bakar lalu mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.
Kehidupan
setelah masuk Islam
Istri pertama Abu Bakar yang bernama Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima
agama Islam kemudian Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain yang bernama
Ummi Ruman menjadi mualaf. Semua anak Abu Bakar menerima agama Islam kecuali
Abdurrahman bin Abi Bakar sehingga membuat mereka berpisah, walaupun pada
akhirnya Abdurrahman kelak menjadi seorang Muslim setelah Perjanjian
Hudaibiyyah.
Masuk Islamnya Abu Bakar membuat banyak orang masuk Islam. Beliau membujuk
teman dekatnya untuk masuk Islam sehingga banyak temannya menerima ajakan
tersebut.
Masa
bersama Nabi
Ketika Muhammad SAW menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, Beliau
pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu
Bakar. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua
berusia sama dan hanya berselisih 2 tahun 1 bulan lebih muda daripada muhammad,
pedagang dan ahli berdagang.
Penyiksaan
oleh Quraisy
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Beliau
juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas
masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami
oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak
disiksa sekehendak tuannya.
Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak
tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Salah
seorang budak yang dibelinya lalu kemudian dimerdekakan adalah Bilal
bin Rabah.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah
satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi
Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi
Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar
ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini
sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan setelah
Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat
Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW.
Segera setelah
kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan
Muhajirin di Tsaqifah bani saidah yang terletak di Madinah, yang akhirnya menghasilkan
penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada
tahun 632 M.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan
Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek kontroversial dan menjadi sumber
perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni
dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi
Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah
keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum suni berpendapat bahwa Rasulullah
menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad SAW
mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.
Sementara muslim syi'ah
berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah
makan, minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa
hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits
yang menjadi Referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah
sepeninggal rasulullah.
Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat
masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya
(berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan
Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan
yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara
kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma,
mengingat Beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan
bulan lamanya dan setelah itu Beliau menunjukkan protes dengan menutup diri
dari kehidupan publik.
Perang
Riddah
Segera setelah Abu Bakar RA, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan
stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang
berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang
ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama
Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya
yakni penyembahan berhala. Suku-suku itu menyatakan bahwa hanya memiliki
komitmen dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku
lagi.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal
dengan nama Perang Riddah. Dalam perang Ridda peperangan terbesar
adalah memerangi "Ibnu Habi al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama
Musailamah al-Kazab (Musailamah si pendusta), yang mengklaim dirinya sebagai
nabi baru menggantikan Nabi Muhammad.
Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan
pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.
Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al
Wahsyi, seorang mantan budak yang dibebaskan oleh Hindun istri Abu
Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al
Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui kesalahannya atas
pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah berkata, "Dahulu aku membunuh
seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah membunuh
orang yang sangat dibenci Rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah
al-Kazab)."
Ekspedisi
ke utara
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu
Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan
Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan
Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga
meraih sukses.
Abu Bakar juga berperan penting dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah
al-kadzdzab dalam perang Riddah atau juga dikenal dengan perang yamamah,
banyak para penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas
meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim
yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, dikumpulkan
lembaran al-Qur'an dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-tulisan yang
terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya.
Setelah
lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar
meninggal dunia maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan
kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga
istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman
bin Affan RA koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang
dikenal saat ini.
Kematian
Abu Bakar Ash Shiddiq R.A meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di
Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan
di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi
Muhammad SAW.
Sumber : wikipedia.org
0 Response to "Kisah Sahabat Rasulallah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A"
Post a Comment