Kisah Inspiratif: Cerita Dibalik Mencium Hajar Aswad
Dec 28, 2017
Add Comment
Di Masjidil Haram, sehabis menyelesaikan tawaf, saya segera menepi
mencari tempat strategis yang berhadapan langsung dengan multazam untuk berdoa. Saya menemukan tempat yang kebetulan lowong di hadapan ka'bah. Lalu saya
bersimpuh dan memanjatkan do'a sambil menunggu waktu subuh menjelang.
Saat itulah saya melihat seorang lelaki hitam legam dari benua afrika
datang dan langsung mengambil tempat di samping kanan. Terlintas dalam hati, "dengan potongan perawakan dan tampang
seperti ini, lelaki kulit hitam ini pasti orang kasar yang tidak
berpendidikan".
Lalu sebagaimana kebiasaan di masjid ketika duduk bersebelahan dalam
satu jamaah, saya menyalaminya. Tiba-tiba ia bertanya dengan bahasa inggris yang bagus sekali tentang
asal saya. "Saya dari Nigeria, kamu dari mana?". Saya bilang,
saya berasal dari Indonesia.
"kenapa orang Indonesia suka sekali berusaha mencium batu hajar
aswad"?, tanyanya memulai percakapan.
"Mungkin karena cinta. Kabah adalah rumah Tuhan, dan hajar aswad
adalah batu yang pernah dicium Rasulullah. Maka mencium hajar aswad adalah
refleksi cinta orang Indonesia terhadap Tuhan dan Rasulnya", jawab saya
sekenanya.
"Apakah orang Indonesia juga bertingkah laku seperti itu terhadap
cinta Allah SWT yang dianugerahkan kepada mereka?", katanya.
"Maksud anda?, cinta Allah SWT seperti apa yang dianugerahkan
kepada kami"?, jawab saya dengan bingung.
Lalu lelaki hitam itu menjawab, "jika Allah Taala menganugerahkan
kalian istri, anak-anak dan orang tua yang masih hidup, itulah wujud cinta
Allah kepada kalian.
"Pertanyaan saya", katanya
"Apakah orang-orang Indonesia, berusaha dengan keras dan gigih
mencurahkan kasih sayang terhadap anak, istri dan orang tua mereka yang masih
hidup yang diamanahkan Allah Taala sebagaimana mereka berusaha mencium hajar
aswad, "? Katanya.
"Jika terhadap batu saja refleksi cinta kalian begitu dahsyat,
lebih lagi terhadap makhluk Allah yang telah diamanahkan kepada kalian"?,
tegasnya lagi.
Saya tercekat, hilang akal dan tak mampu berkata lagi. Apalagi saat ia bercerita bahwa ia menyelesaikan PhD-nya di AS namun
memilih pulang membesarkan anak-anaknya yg 6 orang agar mampu menjadi muslim
yang baik. Maka hancurlah semua persangkaan saya terhadap orang ini. ALLAH
membayarnya langsung tunai saat itu juga.
Setelah shalat subuh, sebelum berpisah ia memberi nasehat yang sampai
saat ini masih teringat di kepala saya.
"Keberhasilan haji kita, mabrur atau tidaknya dinilai bukan pada
saat kita menyelesaikan ritual-ritual haji seperti tawaf atau bahkan mencium
hajar aswad, namun dinilai pada saat kita kembali".
Apakah kita mampu menunaikan amanah-amanah, anugerah-anugerah, kasih
sayang Allah Taala kepada kita dengan bersungguh-sungguh, bersusah payah,
mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang kita cintai, pekerjaan dan
masyarakat."
Saya genggam tangannya, saya memeluknya dan menyampaikan terima kasih.
Saat dia pergi diantara kerumunan orang, saya faham, inilah cara Allah
Taala menegur saya dan menyampaikan makna mencium hajar aswad.
0 Response to "Kisah Inspiratif: Cerita Dibalik Mencium Hajar Aswad"
Post a Comment